Kumpulan Puisi Pohon Zaiton Di Tanah Palestin oleh Musa Bin Masran
Kumpulan Puisi (40)
Pohon Zaiton Di
Tanah Palestin
oleh Musa Bin Masran
Edit 27 March 2016 9:38 PM
1.Sekolah
Di Runtuhan Bangunan
Yang
kau lihat runtuhan bangunan
anjing-anjing
berkeliaran mencari makan
jerebu
masih dalam udara berkumpul
penembak
sembunyi masih berkeliaran.
Di
langitmu masih terdengar kapal terbang
bom
meledak jatuh di kota-kota dan desa
seperti
melenyapkan harapan berunding
keamanan
terporok di bawah runtuhan.
Dari
runtuhan itu muncul seorang ibu
mengumpul
anak-anak terbuang pada
lapangan
dulunya kebun Pokok Zaitun
memulai
kelas pada siang yang mulas.
Anak-anak
mendengar guru di depan
bisa
melihat langit sendiri biru indah
dan
bau tanah peribumi yang terdera
membina
impian mereka buat esok.
2.Ayah
Dan Anak
Masih
ingatkah kau tentang seorang ayah dan anak
di
tengah pergolakan tentera Yahudi dan Palestine
pengepongan
telah berhari panjang belum selesai
dan
tak ada perintah usainya perintah berkurung.
Matahari
makin tinggi dan bahangnya seperti air mendidih
di
tengah jalan pemuda-pemuda Palestine melempar batu
tentera
Yahudi membalas dan menembak dari kereta kebal
dan
melempar gas pemedih mata ke arah pemuda Palestin.
Kota-kota
Palestine ranap di bawah telapak kaki
langit
terbakar jerebu merah, inferno akhir zaman
bom
meletup dan berjatuhan siang malam tak berhenti
segaja
memusnahkan mimpi anak-anak Palestine.
Ayah
melihat anak di tengah tembakan tentera Yahudi
lalu
ia beranikan diri menyelamatkan anak tersayang
sekalipun
ia terkorban sambil memeluk erat tubuh anak
tembakan
peluru mengena seluruh tubuh mereka berdua.
3.
Kami Dan Jiran
Di
sini kau dilahirkan dan mimpimu tumbuh bersama
sebuah
rumah di atas tanah warisan turun-temurun
dulu
berhalaman luas kini menjadi sempit dan berpagar
kembali
di zaman kanak-kanak kami bermain di tanah luas.
Langitmu
indah dan terkandung banyak cerita dan peristiwa
bau
tanahmu, musim pohon zaiton berbuah, jiran yang ramah
kami
saling memberi salam dan melindungi satu sama lain
syurga
kami kandung bersama neraka sepak jauh bersama.
Malam
kami adalah kemeriahan dan bahagia keluarga
siang
mendorong kami keluar ke lapangan dengan harapan
kami
menyentuh purnama di atas riba dan membaca langit
air
yang kami minum dari perigi yang tak pernah kering.
Kini
jiran kami telah lama berpindah dan entah di mana
yang
baru melempar batu, bahasanya kotor, sumpah sarana
dan
rumah kami berpagar dawai tak mempunyai halaman
askar
mundar-mandir dengan senjata dan gas pemedih mata.
4.
Pohon Zaitun
Kepadamu
yang tinggal di keliling tembuk batu
kedua-dua
tanahnya telah dirampas dengan paksa
ketika
kamu menentang, kamu diusir seperti binatang
tak
berbangsa dan diasingkan dari tanah moyangmu.
Perkebunan
Zaitun turun-temurun bukan milikmu
suatu
siang ia datang menumbang pohon Zaitun
dan
diratakan untuk pembangunan rumah haram
kalau
tidak dibakar hanggus dicabut akarnya sekali.
Lihat
tembuk panjang di tengah tanah waris
keluarga
Palestine, sedang yang lain telah pergi
membawa
kunci rumah tapi, hari ini kamu tak melihat
sebuah
rumah kecuali tunggul dan bekas runtuhan.
Terima
kasih saudaraku yang menghulur roti
dari
lubang tembuk pada siang benderang ketika
tentera
Israel terlelap sesaat kau datang dalam diam
seperti
permainan maut di hujung senjata.
5.
Kuasa
Sekarang
alaf 21, tindakanmu tak banyak berubah
ribuan
tahun peradabanmu dibangun akhirnya
kau
mengulang kesalahan masa silam masih
dilakukan
dan sedikitpun kau tak melihat
ketakutan
di kalbumu kekuasaan itu sementara.
Tiada
yang kekal, turun naik satu kekuasaan
timbul-tenggelam
suatu bangsa sepatutnya
sejarah
telah memberikan kita peringatan
ternyata
kau seperti tak belajar apa-apa
dari
masa silammu.
Ketika
kau berada di puncak jaya dan pengaruhmu
telah
meluas jauh, kau tak banyak berubah
kezaliman
masih kau lakukan menunduk musuhmu
api
dendam masih bernyala dalam kalbumu
lalu
membantai musuhmu tanpa berdua fikiran.
Kau
mengira tindakanmu merampas hak
peribumi
dengan alasan siasahmu dengan akal musang
dan
rasa angkuhmu tak mempedulikan langit
di
bumi ini seperti tak ada yang dapat mencegahmu
supaya
kau sedar segala-galanya akan berakhir.
Doa-doa
di malam gelisah memberi kekuatan
anak-anak
Palestine untuk melangkah kaki
mimpi
buruk masa silam sepert tak pernah terjadi
esok,
adalah harapan akan menjadi kebenaran nyata.
6. Kami Tetap Ada
Ada
cara saja yang ingin kau lakukan
memotong
lidah atau membutakan
mata
kami supaya tak menjadi saksi
kekejamanmu
di depan matahari siang.
Kau
masih tak mempedulikan hak
matahari
tiba di siang hari dan hak bulan
datang
di malam hari. Kau masih cuba
meniadakan
sinar dan meletakkan gerhana
pada
siang supaya kegelapan
menyelubungi
siang dan malam.
Barangkali
kau dapat menutup pancaindera
tapi
kau tak dapat mencabut impian kami
dan
mimpi tentang hari esok
kekuatanmu
tak seperti yang kau fikirkan
kekuasaanmu
hanya di sini saja.
Tidak
kau tau samawi mengirimkan
mimpi
benar, firasat dan kasyaf.
Yang
ini kau tak akan dapat memusnahkan
sekalipun
kau kerah seluruh jentera kekuatanmu.
Kau
lupa masa silammu
bagaimana
kehebatanmu tak akan dapat
menahan
kebenaran timbul di permukaan
Aku
yakin purnama penuh akan menghalau
kegelapan
dan luka-laramu.
Mimpi-mimpimu
tetap akan berlaku
doamu
akan sempurna
penderitaanmu
akan menjauh ke hujung langit
kami
tetap ada di tanah leluhur ini sampai kiamat.
7.
Seorang Ayah
Ia
mendakap tubuh yang kujur
bulan
pudar kesiangan
kota
jerebu telah menjadi pasir
suara
itu telah berhenti
ia
pun tak menyanyi.
Seorang
ayah kehilangan akal
tangan
yang menggenggam
kini
harus dilepaskan
ia
telah berhenti menangis
air
matanya telah kering.
Tapi
ia hanya satu dari puluhan ribu
ayah
kehilangan anak yang dikasihi
tiap
mata melihatnya di penjuru sendiri
menepuk
bahunya berkongsi simpati
perang
belum usai
mangsa
masih berjatuhan.
Siangmu
terus didera
malammu
tersayat
kau
menenangkan jiwamu
kembali
pada Khalikmu
doa-doa
orang teraniya
dan
dipinggirkan haknya
langit
tak akan diam
kegelisahanmu
telah sampai ke puncak
kesabaran
itu mengingatimu kembali
mimpi
negeri merdeka
Hidup
tanah Palestine
sekalipun
hanya dalam impian.
8.
Anak-Anak Korban Perang
Mengapa
anak-anak jadi sasaran
perang
itu harus ada sempadannya
kegilaanmu
itu telah menjatuhkan
bom
di bumi halaman anak-anak.
Anak-anak
yang cedera parah
merobek
layar siangnya
meregut
hak-hak mereka
di
depan mata dunia tanpa malu.
Tiap
hari kau mencatat pada langitmu
kemenangan
dan kemusnahan musuh
media
penuh dengan berita perang
tanpa
ada program buat anak-anak.
Kau
bicara tentang keamanan
tapi
jentera perangmu terus membunuh
anak-anak
kehilangan halaman
dan
atap untuk tidur aman di waktu malam.
Dalam
meraih kekuasaan dan sempadan
perang
adalah permainan orang dewasa
dan
saling membunuh dan terbunuh
anak-anak
terkorban angkanya besar berganda.
9.
Kedamaian Akan Bertahan
Kekerasanmu
terkandas di tanah kasih
gema
suaramu berhenti di halkum
impianmu
hanggus dalam apimu sendiri
bila
kau akan berhenti menggelapkan langitmu.
Tindakanmu
telah menukar pandangan
kau
telah meratakan kota-kota dan penghuninya
lalu
membalik bumi tunggang-terbalik
kezaliman
ini kau laungkan pada telinga ingin mendengar.
Kau
memilih langkah yang salah
dan
mimpimu untuk kemenangan tak akan raih
bumi
yang kau dera tak akan menurutmu
kejatuhanmu
makin hampir dan jelas.
Perintahmu
tak akan didengar dewan akan kosong kau
tak
akan menawannya sekalipun tak pernah mendengarmu
kedamaian
akan bertahan seperti gunung
dan
tunjangnya terjunam sampai ke pusara bumi.
10. Anak-Anak Palestin
Kalau
kau bertanya jalan mana
kami
ikut pergi ke sekolah
tiap
pagi kami berjalan
dalam
cahaya siang yang murni
udara
tanah leluhur yang wangi
pergi
berkumpulan dan pulang
melalu
bukit berbatu-batu.
Sekalipun
kau telah mencerobohi
hidup
Palestine dan tanah di bawah
telapak
kami kaki, pohon Zaiton
rumah
purba yang telah dikosongkan
kami
tak akan berhenti datang
mencipta
impian dan hari esok.
Kau
meratakan harapan kami
membakar
hanggus mimpi semalam
tapi,
mimpi tanah Palestine merdeka
hidup
selamanya dan akan kami bawa
ke
mana-mana ke pelosok rantau dunia.
Ketika
kau melempari batu dari tanah haram
yang
kau bangunkan di tanah Palestine
hati
kami sedikitpun tak akan kecut
atau
menundukkan kepala mengalah.
Kami
tak akan berhenti turun ke sekolah
siang
jernih kau melihat kami beramai-ramai
meniup
dan menyalakan api cinta dan
seperti
anak-anak yang lain punya mimpi
dan
impian, pada matahari siang yang cerah esok.
Hidup
anak-anak Palestine, Hidup Palestine.
11.
Intifada
Aku
anak Palestine yang kau tembak mati
di siang
hari dan para saksi melihatmu
ghairah
mencari sasaran tanpa mengira
warga
emas atau anak-anak sedang bermain.
Kau
diperintah tanpa memilih bulu
ini
perang martabat diri dan peluasan wilayah
dan
"tanah yang dijanjikan" sejak dulu kala
menjadi
impian dan tanah airmu.
Di
tengah bangsaku, aku tewas dari pelurumu
menembusi
jantung kanan dan darah menitis
usiaku
baru 13 tahun, gugur di tanah leluhur
aku
tak merasa sakit dan menyesal.
Ketika
kau membidik rifflemu dari atas loteng
bangunan
runtuh dan kosong tanpa peduli
kau
cuba menghancurkan mimpi dan impian
anak-anak
Palestine dan Semangat Intifada.
Anak-anak
Palestine akan terus bermimpi
suatu
hari mimpimu akan menjadi nyata
harapan
bulan purnama penuh di persada
sebuah
negara Palestine bebas dan merdeka.
12.
Sebuah Kota
Kau
tidak melihat sebuah kota
melainkan
runtuhan bangunan
selepas
perang di kurun ini
yang
hancur dan berjerubu.
Kau
tidak mendengar anak-anak
bermain-main
di halaman
atau
menyanyi pulang dari sekolah
dan
ibu menunggu di muka pintu.
Kau
tidak melihat sebuah kota
lorong-lorongnya
sibuk dan ramai
orang
turun berbeli beli atau
bertemu
kawan lama tak jumpa.
Kau
tidak melihat sebuah kota
yang
hidup dan bernafas
penghuninya
telah pergi
mengungsi
entah di mana.
Kau
tidak melihat sebuah kota
maut
berlinggar di udara
tiada
keselamatan padamu
hak-hakmu
telah dirampas.
13.
Budak Palestine
Ini
bukan pesta keramaian tahunan
jalan-jalan
penuh sesak merayakan
pintu
rumah terbuka menerima tamu
kau
datang dengan wajah senyum.
Dalam
tak ada perhiasan dan lampu neon
ma
sibuk di dapur walaupun tak buat apa
lalu
sudah ia tak keluar rumah atau berbual
dengan
tetangga yang rumahnya tampak sepi.
Memang
benar hari ini tak ada yang istimewa
segalanya
kelihatan seperti hari-hari biasa
lama
sudah mereka tak makan bersama
jendela
dan pintu senantiasa tertutup.
Ma
selalu mengingatkan jangan main di luar
adik-adik
yang masih kecil belum mengerti
ia
hanya memberi isyarat dengan suara keras
rumah
ini adalah penjara sepanjang hari.
Di
luar pegepongan tentera Israel makin kuat
dalam
senyap mereka telah mengirim snapper
di
runtuhan bangunan Palestine yang dibom
anak
lelakinya gundah matanya memandang pintu.
14.
Perutusan Ala Netanhayu
Sedetik
sebelum tengah malam
aku dengar
ucapan selamatmu
wajahmu
seperti bulan di persada
sambil
menyembunyikan kukumu.
Gema
suaramu ke seluruh pelosok dunia
menghibur
telinga yang ingin mendengar
kejahatan
yang menimpa satu kepercayaan
kezaliman
di luar batas kemanusiaan sejagat.
Ketika
kau selesai meluahkan
yang
tersirat dalam sukmamu
aku
melihatmu mencari sekutu
kedamaian
kau mimpikan, memang tak ada.
Kata-kata
terucap seperti serapang dua mata
jerebu
perang dan penderaan akan terus
keadilan
dan keamanan telah kau kubur
sebenarnya
kau tak inginkan kedamaian abadi.
Aku
tak akan berhenti menegurmu
tak
akan menggunakan kekerasan
dan
kezaliman.
Kau
telah menghiaskan kata-katamu
sekalipun
isi retorika tetap sama
kau
tak akan menukar haluan gelombang.
Apakah
kau tak melihat masa silammu
tanpa
mempelajari sejarah dan membelakangkannya.
Tiap
hari kau menimbun bangkai di langit terbuka
tiap
malam gundah tidurmu makin tak terkawal.
Apakah
selamanya dunia berada di pihakmu?
Satu
hari mereka akan bertukar pendirian
kala
itu kau sendirian mencari sekutu
pada
selembar daun atau lubang anak ketam
di
pantai.
Israel
ingin dihormati kerana sejarak tragik
masa
silammu
tapi
kejahatanmu hari ini menutup pintu-pintu
jiranmu.
Kau
sudah diperingatkan pada satu masa
tak
ada jalan pulang atau pengampunan tulus.
Berhentilah,
biarkan langit tenang
bumimu
tidur sejenak dari kelangsungan Perang
Isreal
seluruh tubuhmu mengering dengan darah Palestine
kelihatannya
kau makin suka menyiksa dan membunuh.
Aku
tau ada di antaramu
menyesali
tindakan Benjamin Netanyahu
Mengapa
diam dan tak bertindak
membiarkan
burung-burung Kondor
melingkari
langit Palestine mencium bau mayat.
Kegilaan
Netanyahu harus stop
Israel
berhenti
merampas
Tanah Palestine.
Bangsa
Palestine, kau tak sendiri
doa
kami bersamamu.
16. Percakapan Sendiri di Tanah Palestin
Kau
telah pandai membedakan
yang
asli dengan kaca.
Kebenaran
dan Penipuan yang mutlak
suara
protesmu sampai ke pintu Gaza
dan
tabir Samawi.
Kemarahanmu
bagai gelombang tak dapat
dikongkong
oleh waktu.
Keadilan
telah hancur tanah pasir
di
bawah puing-puing bangunan yang
hancur.
Inilah
hadiah kemerdekaan,
kau
dapat menyatakan kepada dunia
pendirian
dan sikap
dan
kejahatan suatu bangsa
yang
zalim.
Soalnya,
hari ini
kau
melihat kejahatan itu di pihaknya
bagaimana
pula kalau itu berputar esok
lalu
kau pula jadi fanatik bangsa
dan
penyiksa yang zalim di Tanah Peribumi.
Ya
Rabbi, mohon dijauhkan
Kau
Maha Perkasa dan Maha Pelindung.
17. Bertukar Wajah
Kau
telah mendengar kejahatan luar biasa
pernah
dilakukan di tanah bumi ini
tak
akan terucapkan apa lagi melukiskan
kezaliman
itu, belum ada perubahan
kilat
mata dan degup jantung ketika melepaskan
das
tembakan atau menyembelih mangsanya.
Seperti
luruhnya daun di musim gugur
berhamparan
di lantai peribumi tanpa
upacara
dan selamat jalan.
Ketika
aku membaca sejarah silam
kaulah
bangsa biadap
meratakan
penduduk peribumi
korban
berjatuhan dan celaka berkurun.
Roda
waktu bergolek
dulu,
kau adalah bangsa yang kalah
kini
bertukar wajah berdastar
bangsa
yang besar
dan
nasib bangsa-bangsa lain
dalam
genggamanmu.
Keadilan
terlucut dari tangan ke tangan
dan
tersorok di pojokan mimbar
kezaliman
membawa malam panjang
menggurung
musim bunga.
Kegilaanmu
semakin berani
menata
langit dan bumi
biuh-buih
darah belum kering
kezaliman
terus mengheret
mencari
mangsa yang terakhir.
18.
Kemurahan Bangsaku
Kemurahan
Bangsaku,
ketika
bom jatuh di tanah Palestine
sukmanya
tersentuh parah.
Ketika
masjid dan menara
ranap
tinggal puing
kau
bersedih dan makan tak lalu.
Berhari-hari
air matamu
mengalir
dan tak berhenti
kau
menangis sendiri
sambil
bolak-balik surat khabar.
Dalam
perbualan
bila
menyebut keganasan
Zionis
kemarahanmu
tak dapat dibendung.
Sukmamu
bagai tersayat-sayat
menatap
foto-foto bayi dan
wanita
terkorban mangsa tentera
dan
kapal terbang Israel.
Kau
melihat tak ada petanda hujan
akan
turun
ketika
malam, bulan seperti air batu
tak
membawa perubahan musim.
Keadilan
telah hangus
seakan
tak ada dapat menyelamatkan
Kedamaian
mimpi
manis yang tak menetas.
Kemurahan
Bangsaku,
tak
akan bertukar warna dan pacak
tak
akan bergendang mengikut rentakmu.
19.
Palestine, Gema Suaramu
Bumimu
seperti hamparan kain kafan tak pernah putus
bunga-bunga
mimpi telah lama gugur di tanah peribumi
malam
kelam adalah bayangan maut yang mengintai
anjing
pun terasa muak mencium bau mayat tertindih
puing-puing
bangunan yang ranap dan hancur.
Musuh-musuh
tambah ghairah menembak
seperti
binatang buruan atau permainan sukan
tiada
perasaan keciwa atau bersalah
sedang
dunia melihat kebiadapan ini
tanpa
melafaz kaka-kata keras memberhentikan
kekerasan
dan kekejaman tanpa ada rasa
tanggung
jawab dan naluri kemanusiaan.
Yang
mengherankan demi ambisi politik
dan
kebengkokan hidup mereka sanggup
melakukan
apa saja demi bangsa dan impian Zionis
membunuh,
merampas dan peluasan
berdiam
dan menundukkan kepala tanpa perlawanan
sedangkan
hak-hak dan maruah diri
ditendang
di atas debu jalanan.
Hak
milikmu telah terlepas di tangan orang lain
mereka
merencanakan ini jauh dari sebelumnya
saudara-saudara
sebangsa telah meninggalkanmu
dan
melupakan penderitaan dan kezaliman
yang
ditimpakan ke atasmu
Suara-suaramu
tertimbus dalam letusan bom
kau
memanggil dunia telinga yang tak mendengar
senandung
malam kerudungmu lama sudah tak
memanggil
perhatian dan simpati bangsamu.
Solidaritas
bangsa Arab penuh dengan curiga
Ummatun
wahidah pada prinsifnya
sedangkan
tindakan berubah dan berlainan
dalam
semua musim dan kebutuhan.aramu
akhirnya,
orang lain berlagak penabur
kedamaian
walaupun mereka sebenarnya
ada
udang di sebalik batu.
Demi
samawi dan bumi yang terdera
dan
gencatan senjata, berhentilah
membunuh
anak-anak dan ibu yang
berdosa.cukup
darah yang tumpah
pembantaian
massa tak harus berterusan
biarkan
lautmu tenang
langitmu
membawa berita keamanan
dan
keadilan
sekali
anak manusia bebas
dari
udara sendat dan penjara perang,
20.
Kekejaman Di Tanah Peribumi Palestin
Di
Tanah Gembur
ia
tumbuh berdaun lebar
pohon
rendang
memberikan
keteduhan
Kesentosaan
alam sejagat.
ladangmu
selamat
dari
tumbuhan berduri
dan
gema suaramu
bukan
bahasa benci
menghalau
penghuni peribumi
menyembur
darah ke mukanya
menghendap
siang-malam
bau
hanyir darah dalam udara.
Kekejaman
bukan balasan
kepada
kekejaman
Langit
silam tak menyedarkan
dan
mengubah langkahmu
Kau
bukan teman
berjiran
yang baik.
Adakah
di sini jalan kedamaian
yang
abadi
sedangkan
sukmamu
parah
dan menderita
kemenangan
yang dituntut
telah
lama kabur
angin
gelombang jauh ke laut.
Kamu
mau menyakinkan
kepada
dunia
kebenaran
itu
ada
pada pihakmu
jawabanmu
semua telah ada
generasi
penerus
memandang
diam
Leluhur
yang
tamak
dan zalim.
Dunia
turun
menyatakan
protes
tapi,
kamu masih
bersikeras
gencatan
senjata itu
adalah
jalan sehala.
Kami
selalu
menginginkan
kedamaian.
Peribumi
mengenal
retorikamu
mengabui semua mata
sedang
malam terlalu panjang
di
Tanah Palestine.
Kamu
bilang ini bukan perampokan
bukan
menghalau penghuni Tanah Peribumi
melarat.
tapi,
kenyataan itu telah kami kenal
kata-katamu
tak dapat dipegang dari dulu.
21. Tanpa Tangan Bisa Menghalangmu
Begitu
mudah kau
mencontengkan
rembulan
lalu
mengatakan gerhana
menuduh
dengan siasah
kebohongan.
Letusan
dalam sukma
bagai
gunung berapi
hanya
rangkaian doa
mendinginkan
amarah.
Kezaliman
itu
tanpa
sempadan
tanpa
mengira anak
orang
tua dan wanita.
Kejahatan
tumbuh
tanpa
mengira musim
tanpa
peduli masjid
kau
sembur api
dendam.
tanpa
tangan bisa
menghalangmu.
kau
tak peduli
keperihan
dan maut.
22.
Netanyahu, Tiada Sebab Menyakiti Orang-Orang Tak Bersalah
Ketika
satu bangsa
Yahudi
misalnya
ingin
melenyapkan Palestine
dari
peta dunia
lalu
membunuh tanpa peduli
maut
melingkari langit Palestine
menghukum
orang tak bersalah
mengugurkan
bom seperti
merayakan
pesta
tapi
di sini pembunuhan massa.
Netanyahu
kehilangan pertimbangan
Netanyahu
raksasa haus darah.
Siang
malam jatuh korban
siang
malam rintihan orang tak berdosa
Kamu
zalim
Kamu
pembunuh
Kamu
orang terkutuk
Rencana
jahat dan tipu muslihatmu
telah
mulai menyedarkan dunia lalu
mengingatkan
maut saja tak akan
menukarnya
dengan kedamaian.
Wahai
Negara-negara beradab
kebongkakkan
dan kezaliman Israel
dunia
diberi peringatan.
Kedamaian
tak akan dapat dicapai
diam
dan tak berbuat apa-apa.
Jahanam
Regim Netanyahu
langit
Palestine harus kembali jernih
biarkan
Palestine dapat
tidur
tenang dan bermimpi tentang esok.
Tiada
satu bangsa, kumpulan manusia
boleh
mendera dan membunuh bangsa lain.
Netanyahu,
kamu menggurung musuhmu
dari
laut, darat dan langit
menukar
malam jadi siang
siang
jadi malam.
Kamu
tak mempedulikan dunia
menuding
tangan kepadamu
mencabut
hak Palestine dan hak manusia.
Kamu
memlilih kekerasan dan darah
dari
kedamaian dan langit sakinah.
Innayah-Nya
akan turun.
Dunia
tak akan bertolak ansur
kekejaman
dan pembunuhan
Sekalipun
meraih objek politik
sebuah
regim mahluk pilihan.
Kita
menolak kejahatan-kejahatan Zionis
Kita
menolak kekerasan dan militansi
Kita
menolak pemerkosaan terhadap anak-anak dan wanita
Kita
menolak kebiadaban dan apa bentuk pembunuhan.
Kita
tak akan bertolak ansur pada menggunakan agama
sebagai
alasan melakukan pembunuhan rahsia atau massa
Kita
mengutuk tindakan berpura-pura demi alasan
melindungi
kebenaran.
Zalimnya
Netanyahu, tiada seekor burung pun terbang
di
langitnya
Zalimnya
Netanyahu, tiada ekor dolfin berenang di lautnya
Zalimnya
Netanyahu, tiada benih bunga ingin tumbuh
di
buminya.
Ya
Rabbi, segala perbuatan dan tindakan jahat
Netanyahu
dan Israel tak berbalik dalam diri kami.
PBB
dan UNSC tunjukkan wajahmu, sepatutnya
kau
bicara demi keadilan dan keamanan dunia.
23. Tanah Gaza Dan Tanah Palestine,
Kembalikan Pada Empunya
Biar
puisi ini menjadi tulang
di
kerongkonganmu
dalam
kesederhanan puisi-puisi ini
merayau
sampai ke dalam mimpimu.
Kalau
ia jatuh ke dalam lautan
ia
adalah jerung putih, raja lautan
di
angkasa, ia burung helang
pada
malam hari ia adalah
burung
Ponggok
yang
peka pada gerak
dan
tipu-helamu.
Kau
telah melemparkan kunci
ke
dalam gunung berapi
dan
tidurmu seperti kapal
dipukul
gelombang taufan
waktumu
semakin nipis.
Tanah
Gaza dan Tanah Palestine
tak
akan lepas dari sukmamu
musuhmu,
mencipta gerhana
dan
meracuni udara dan bumimu
dan
melaung ke dunia
memutar
meja supaya ia kelihatan gah.
Netanyahu
dan Israelnya
didorongnya
ke gaung jahanam
kau,
mangsa kehancuran sendiri.
komet
berjatuhan di siang hari
sekaligus
masuk ke dalam tiap mimpimu.
24.
Dunia Tak Akan Bertindak Dan Menegur Israel
Sekarang
kita di alaf 21
tapi
tindakanmu masih buas dan kejam
samasekali
kau tak peduli
kerana
kau tau dunia tak akan bertindak
dan
menegurmu.
Kau
mau lakukan apa saja
amat
memalukan
membunuh
lalu menutupinya
dengan
propaganda
membenarkan
tindakannya.
Kau
adalah bangsa
suatu
masa dulu kau disayangi Tuhan
tapi,
kemudian, berkali-kali
sombong
dan bongkak
sekalipun
Tuhan telah meninggalkanmu
tapi,
kau masih beriya-iya.
Israel,
kau bangsa yang tak
boleh
berkembang
dari
dulu nombormu masih
13.3
juta
dan
kau tak berkembang.
Netanyahu,
kau masih berdegil
Kedegilanmu
melukakan dunia
dan
dendammu membawa padah.
Dapatkan
kau tidur di singgahsanamu
sedangkan
soldadumu menembak
dan
menghancurkan kepala anak-anak
dan
membunuh sekali ibu yang panik
pembunuhan
beramai-ramai penuh grafik.
Di
runtuhan Tanah Gaza
dan
dinding-dinding tembuk
anak-anak
Palestine melukis grativiti
'Kami
akan ingat selama-Kejahatan
dan
Kebiadapanmu.'
Tapi,
sekarang, tekad anak-anak Palestine
mempertahankan
Gaza
sambil
mengerat-gerat serambi darahmu
dan
sambil menunggang Kuda Semberani
melepaskan
panah tepat ke jantungmu.
Bara
matamu memercik dendam
suara
perintahmu kehilangan kuasa
kau
tak malu menggugurkan berton-ton
bom
dan menghancurkan kepala dan tubuh
anak-anak
dan wanita Palestine.
Tiap
kekejaman tentu ada reaksi
Kau
tak akan sendiri menanggung
kepedihan.
Tiap
maut yang ditimpahkan Israel
akan
kembali kepadanya.
25.
Kekuatan Langit Dan Bumi Telah Disatukan, Mesej pada Netanyahu
Sebenarnya
aku bukan
dalang
pembuat cerita
memandang
batang pisang dan
peti
yang tersorok
dan
masih ada cahaya
bulan
menyentuh.
Malam
ini, peti itu gundah
seakan
para raksasa minta dikerah
kanvasnya
adalah langit yang terbuka
lampunya
ada rembulan penuh.
Langit
berdentum
halilintar
sambung-menyambung
kekuatan
langit dan bumi telah disatu
tak
ada lagi kekuatan sehebat ini
selain
Tuhan Yang Maha Esa.
Para
Malaikat turun
dari
samawi
dengan
segala bala tentera
Para
raksasa dan jin menunggu perintah
Nafiri
telah ditiupkan
genderang
perang telah dimainkan.
Warga
manusia tak pernah
menyaksikan
persiapan satu
pertempuran
yang paling dahsyat
akan
berlaku
Baitul
Maqdis, kau tak sendiri
Kebenaran
Samawi
Juru
Selamat, datang
meruntuhkan
tembok kegelapan
memadamkan
api sengketa.
Netanyahu,
bermimpi meratakan Gaza
dan
memadamkannya dari peta
Wahai
Saksi Kebenaran,
kejahatannya
telah melampau
Wabak
maut mengembangkan sayapnya
dari
Golan dan Laut Mati.
Jerusalem,
dalam mimpi
Ummatun
Wahidah
melepaskanmu
dari
belenggu berkurun.
Tidakkah
kau mendengar
suara
pemimpin ummah
memanggilmu
dengan Kasih-Sayang.
Netanyahu,
dendammu api belerang
yang
menubah
api
gunung yang meletus.
Berhentilah,
sebelum
Tanah
Yang Kau janjikan itu
merekah
dan terbelah sampai
ke
pusar bumi.
Aku
bukan dalang dan pembuat cerita
samasekali
bukan pembuat api
aku
hanya mau kau memilih kedamaian.
26.
Titian Kasih Anak Dan Wanita Palestin
Aku
tak akan menulis puisi-puisi
perhiasan
lampu-lampu neon
di
ibukota di waktu malam.
Tidak
juga berbual membuatmu
ketawa
terbahak-bahak
Kau
telah mengirimkan penembak
curi
di
penjuru kota dan orang awam
terkurung
dalam sukmanya sendiri
dalam
jerubu bom dan penzaliman
yang
dirancang dan disegajakan.
Semakin
hari kau tak dapat
dikawal,
bertindak seperti orang gila
tapi,
sekutumu diam
seakan
memberi mandat.
Kalau
seorang pun tak ada
ingin
membantah kejahatanmu
biar
aku menyatakan fikiranku
Hewan
lebih baik darimu, Netanyahu
Israel,
apakah kalian tak malu
pada
Tuhanmu.
Kekejaman
Holokus tak menjadikanmu
orang
yang rendah diri
Malah
kau bongkak dan sombong.
Bangsa
Yahudi pernah hidup
hanya
kulit dan tengkorak
hargamu
tak ada nilai
kau
lempar ke dalam
kamar
gas dan maut.
Lupakah
kau, Wahai Israel?
Kini
kau melupakan tentang dirimu
tapi
memori Tuhan tak pendek.
Gema
suaramu masih mengiyang-giyang
di
malam penyiksaan itu.
Sekarang
kau mengulang senandung pahit itu
mengulang
lagi sejarah
cuma
di sini kau yang penjadi pemain utamanya
bertindak
seperti Nazi dalam bentuk baru.
Ada
Tuhan sedang memerhatikanmu
penyiksaanmu
tak ada batas
siang
malam kau mencipta inferno
Kau
seperti tak pernah berkeluarga
atau
lahir dari rahim seorang perempuan
tindakanmu
lebih baik hewan.
Sejarah
terus berjalan
dunia
menjadi saksi abadi
siasahmu
main kejam dan
kejahatan
membabi buta
kau
menutup semua jalan ke perdamaian.
Berhenti
membunuh anak dan kaum wanita
sebelum
kedudukan meja bertukar
ketika
itu penyesalanmu telah terlambat
sikap
rasis dan memusuhi Islam
membawa
kemusnahan Israel selamanya
Kerana
Samawi tak kan berdiam.
27.
Doa Orang Terniaya Buat Gaza
Aku
tak akan menulis puisi-puisi
perhiasan
lampu-lampu neon
di
ibukota di waktu malam.
Tidak
juga berbual membuatmu
ketawa
terbahak-bahak
Kau
telah mengirimkan penembak
curi
di
penjuru kota dan orang awam
terkurung
dalam sukmanya sendiri
dalam
jerubu bom dan penzaliman
yang
dirancang dan disegajakan.
Semakin
hari kau tak dapat
dikawal,
bertindak seperti orang gila
tapi,
sekutumu diam
seakan
memberi mandat.
Kalau
seorang pun tak ada
ingin
membantah kejahatanmu
biar
aku menyatakan fikiranku
Hewan
lebih baik darimu, Netanyahu
Israel,
apakah kalian tak malu
pada
Tuhanmu.
Kekejaman
Holokus tak menjadikanmu
orang
yang rendah diri
Malah
kau bongkak dan sombong.
Bangsa
Yahudi pernah hidup
hanya
kulit dan tengkorak
hargamu
tak ada nilai
kau
lempar ke dalam
kamar
gas dan maut.
Lupakah
kau, Wahai Israel?
Kini
kau melupakan tentang dirimu
tapi
memori Tuhan tak pendek.
Gema
suaramu masih mengiyang-giyang
di
malam penyiksaan itu.
Sekarang
kau mengulang senandung pahit itu
mengulang
lagi sejarah
cuma
di sini kau yang penjadi pemain utamanya
bertindak
seperti Nazi dalam bentuk baru.
Ada
Tuhan sedang memerhatikanmu
penyiksaanmu
tak ada batas
siang
malam kau mencipta inferno
Kau
seperti tak pernah berkeluarga
atau
lahir dari rahim seorang perempuan
tindakanmu
lebih baik hewan.
Sejarah
terus berjalan
dunia
menjadi saksi abadi
siasahmu
main kejam dan
kejahatan
membabi buta
kau
menutup semua jalan ke perdamaian.
Berhenti
membunuh anak dan kaum wanita
sebelum
kedudukan meja bertukar
ketika
itu penyesalanmu telah terlambat
sikap
rasis dan memusuhi Islam
membawa
kemusnahan Israel selamanya
Kerana
Samawi tak kan berdiam.
28.
Gaza Kau Dilupakan
Gaza,
kau seperti dalam neraka
Israel
bertindak, tiada tangan
dapat
menarikmu
kepada
perdamaian.
Suara-suara
yang dizalimi
memanggil
dunia berbelas kasihan
ia
seperti melanggar tembok
gelombang
panggilanmu tak sampai
semua
telinga tuli meninggalkanmu
sendiri
di pojokan dibelasah.
Kau,
bertahan dengan senjata kayu
sedang
Israel terus membelasahmu
dengan
senjata canggih.
Di
mana saudaramu bersembunyi
ketika
kau membutuhkan
Gema
suaramu jatuh dalam
debur
gelombang laut
atau
ribut padang pasir.
Mengapa
negara-negara Arab
diam
membisu, dan menutup Rafah
bahang
api masih berkobar
dan
menyala hebat dalam politik domestik
Dunia
Barat melirik sebentar tanpa berbuat
Demontrasi
di Turki tak lebih hanya
reaksi
semasa.
Siapa
yang berdiri ke depan
atas
persaudaraan sejagat dan kesatuan bangsa
memprotes
dan bertindak
atas
kebiadapan Israel.
Kita
hanya memandang sesama sendiri
dan
ambil tak tahu.
tiada
lagi ketenteraman dan kesatuan
yang
mengikat persaudaraan Islam.
Kesabaranmu
telah jatuh ditahap paling rendah
Gaza,
kau terkubur hidup-hidup
sekalipun
pohon Zaitun bertahan
di
halaman rumahmu.
Apa
selepas ini?
airmata
Gaza telah kerng
dari
semalam
ia
telah berhenti mengalir.
Israel
harus berhenti membunuh
kalau
alasanmu Hamas telah
bertindak
lebih dulu
maka
perserikatan negara-negara Islam
harus
menahan Hamas dari berbuat demikian.
Kita
hanya berdoa
kembalilah
negara-negara Islam
jalan
ke perdamaian dan persaudaraan Islam
sejati.
Kalau
kau masih terus seperti sekarang
Gaza
tak dapat diselamatkan
kau
pun tak akan terhindar
dari
kehancuran penuh di masa mendatang.
Bangkitlah
dari tempat tidurmu
Mengapa
kau memilih jalan buntuh?
Sedangkan
jalan ke arah kemenangan
tak
jauh di depan.
Gaza
yang dizalimi
kau
tak sendiri dalam sedu-sedanmu
kami
bersamamu dalam persaudaraan Islam
kemanusiaan
sejagat.
Gaza,
Kami tak melupakanmu.
29.
Email Kepada Benjamin Netanhayu
Retorikmu
makin lancang membocor langit
dan
menguak bumi Palestine.
Aku
melihatmu seperti gergasi
haus
darah dan daging Arab Palestine.
Apa
yang terjadi padamu
kau
seperti orang gila perang
bercakap-cakap
sendiri
dan
mengeryik mata merahmu
kerana
kurang tidur.
Gema
suaramu
menembak
langit
dan
merata-rata
semua
yang kau lihat
adalah
musuh dan petualang
yang
perlu disergap dan dibunuh.
Seperti
Don Quixote
mata
Netanyahu penuh curiga
melihat
tali seluar dalamnya
disangka
ular lalu menembak bertubi-tubi.
Ke
mana Netanyahu melihat
wajahnya
di depan cermin ciptaan sendiri
seperti
Nero, cuma yang dibakarnya
adalah
Tanah Palestine.
Netanyahu
kini menjadi Nimrod
dengan
baju jaketnya
mendirikan
menara
dan
menuding Tuhan di puncaknya.
Celaka
Jahanam,
Netanyahu
Ketika
ia menghadap matari barat
ia
adalah Dr Jerkll
di
Tanah Palestine
ia
adalah Mr Hyde.
Sekarang
malam bulan purnama
Netanyahu
akan melebarkan kepaknya
sebagai
Daracula yang mencari mangsanya.
Dunia
tak akan mendengar hujahmu
kau
tetap ular yang bertukar kulit
Tiada
satu bangsa yang unggul
dari
yang lain
Berhentilah,
membunuh rakyat awam
Tidakkah
kau, dengar anak-anak
dan
ibu mengerang kesakitan
di
runtuhan dan timbusan rumah
dan
bangunan.
Orang
Palestine seperti anak-anak Yahudi
tak
ingin perang berterusan sampai kiamat
cukup,
cukup darah yang mengalir
dari
tengkorak bayi dan rakyat Palestine.
Dunia
telah begitu cepat
usah
biarkan tangan angkuh
memusnahkan
perabadan dan kemajuan
warga
bangsa Palestine
Sekali
Netanyahu berhasil
ia
akan mengosongkan Palestine selama-lamanya.
Di
antara Bangsa Yahudi, ada
yang
cinta pada keamanan dan kedamaian
mereka
bangun menentang dan memprotes
tapi
bilanganmu terlalu kecil
untuk
menahan dendam kesumat Netanyahu.
Kemenangan
tak akan bertahan lama
ketika
dilakukan dengan kekerasan dan kekejaman
Suatu
bangsa tak akan dapat dihapuskan
kerana
dalam sukma bangsa Palestine
telah
nekad mimpi mereka akan sempurna.
Ke
mana pun mereka pergi
Kemerdekaan
dan pelepasan Tanah Palestine
dari
belenggu akan sempurna.
Bahasa
dendammu Netanyahu, sekali terucap
akan
menjadi catatan zaman sepanjang hayat
kau
telah diperingatkan,
kezalimanmu
telah jauh di dalam gaung gelap
kau
telah membawahkan
kemanusiaan
di tanah longkang.
Kata-katamu,
Netanyahu seperti orang tak beradap
tindakanmu
seperti orang gila
berhenti,
kerana pertukaran angin
beralih
datang sebagai Tsunami padamu.
Maut
yang kau kerah
tak
selamanya tanpa perlawanan
samawi
akan berubah
kau
adalah saksi mata
kata-kata
ini akan sempurna
kerana
bahasanya adalah
bahasa
Kasih-Sayang
ketika
kau mendengar sukmamu luluh.
Netanyahu,
bagaimana kau dapat tidur
sedang
tetanggamu dalam sakit tenat
seteguk
air menghilangkan dahaga
tapi,
api amarahmu tak akan menukar
arah
angin bertiup.
Benjamin
Netanyahu,
berhenti
sebagai penganas
berhenti
sebagai pembunuh
berhenti
sebagai pendendam.
Aku
dapat membaca
mata
dan sukmamu.
Yang
jelas, Netanyahu,
raksaasa
yang kau ciptakan
akan
memakan tuannya sendiri.
Dalam
urutan waktu
Kembali
kepada kedamaian
kemerdekaan
Tanah Palestine
Keamanan
Timur Tengah
Keselamatan
Manusia Sejagat
menjauhkan
azab menjadi sempurna.
Ketenteraman
hanya ketika
Kupanggil
nama-Mu
Tuhan
Rabbiul Alamen
kerana
kepada-Mu
aku
dan kau akan kembali.
30.
Malam Ledakan Di Tanah Palestin
Kau
telah menconteng wajahmu
dengan
darah anak-anak Palestine
apakah
ini yang kau katakan
keberanian.
Sebenarnya
hatimu kecut
wajahmu
seakan tak bernyawa.
Kau
mengumumkan perang
di
bumi Palestine.
Kemarahanmu
seperti algojo
yang
mengamuk di malam majnun.
Bahasa
dendammu memusnahkan
kedamaian
dan kasih-sayang
senjata
angkuhmu akan pulang ke dirimu sendiri.
Apakah
kulit dan sukmamu telah bertukar warna?
Di
Tanah Palestine ini aku mendengar
dukalaramu
dan maut meregutmu dalam tidur
Jerebu
bom bukan mimpi dan pesta keramaian
tapi,
kematian.
Ketika
anak dan kaum ibu
belari-lari
mendambakan perlindungan
dan
kakimu melangkah ke pintu Rafah
dan
sukmamu berdegup seperti
melihat
cahaya di balik bukit pasir
Pintu
itu kau tutup dan kau berdiri
sebagai
jaga memastikan tak ada
masuk
dan keluar.
Malam
itu bangunanmu ranap
seperti
gunung pasir hancur dan runtuh
pembantaian
tanpa ketakutan pada samawi
lalu
ia bersukaria melihat api menyala
dari
tembok dindingnya.
Kau
bertanya ke mana sudah solidaritas
anak
bangsa manusia, bangsa Arab
Kukenangmu
kerana Rasullullah.
Kezalimanmu,
Israel turun
seperti
tofan dan mencampak maut
sebagai
wabak
Nanti
ia akan datang
berbalik
kepadamu
Lupakah
kau, baru semalam
belum
pun hilang dari mimpi seram
holokus
menimpa bangsamu
doa-doa
kesakitanmu
mengeringkan
air liurmu
memanggil
tangan turun menolong.
Tiada
bahasa Kebencian
akan
membuka pintu keamanan
Tiada
keangkuhan
yang
membawa pada kedamaian.
Di
langit jerebu
dan
bumi yang terdera
aku
tak berhenti memanggilmu
di
sini pintu keselamatan itu tetap
di
tanah ini, benih bunga yang ditanam
akan
tumbuh berwarna dan membawa
perubahan
musim.
Anak
burung di sangkar akan membesar
dan
hutan jati dan samawi
akan
riuh di segala musim.
31.
Bola Api Dan Huruf-Huruf Kata Di Tanah Palestin
Aku
berdiri di Tanah Palestine menghadap
lalu
kupanggil huruf-huruf dari matari sirkah
datang
berkepak seperti bola api dari kawah
gunung
berapi siap dilemparkan kepadamu.
Huruf-huruf
ini hidup menjadi api belerang
lalu
menjadi anak panah tepat dilepaskan
ke
anak matamu. Dan huruf-huruf turun bagai
hujan
panah menusuk ke otot, dada dan jantungmu.
Wahai
anak-anak huruf, berkembanglah kau
di
udara seperti jerebu ketika kau menghirup
kau
menghirup serpihan kaca melekat di paru-paru
menyayat
ke kulit dan menyerap dalam darahmu.
Permainanmu
tak tak akan mengecutkan
anak
Tanah Palestine dan alam sejagat
kerana
mimpi malam itu akan disempurnakan
kau
tak akan menghitamkan kebenaran siang.
Kau
melempar bom dan peluru berpandu
aku
memanggil huruf-huruf kata sebagai taming
dan
penyelamat sampai kiamat lalu menembak tepat
ke
jantungmu hingga kau lumpuh kehilangan nafas.
Aku
akan membina benteng di samawi
sampai
Tanah Leluhur ini pulang kepada tuannya
Setiap
bom meledak dan meregut maut
sebenarnya
ia menjadi mimpi gilamu di malam hari.
Huruf-huruf
kataku adalah doa-doa
senjata
yang makbul seperti malam halilintar
aku
tak pernah kekeringan huruf-huruf kata
siap
ditembakkan mematikan kejantananmu.
Impianmu
tak pernah menetas dan sempurna
huruf-huruf
kata akan merobek mimpi zionis
tanda-tanda
samawi makin jelas,dan
tofan
pasir akan menimbus takaburmu.
Malam
buta, kau mengerang seperti orang tua renta
Dunia
telah meninggalkanmu sendiri tanpa sekutu
ke
mana kau menoleh bola-bola api dan muntah
gunung
berapi bergolek ke arahmu.
Senandung
malam kerudung di bumimu
maut
datang sebagai wabak dalam air liurmu
keangkuhan
sebuah gunung runtuh
seperti
mengulang kemarahan samawi.
32.
Panggillah Aku Ismail
Panggillah
aku Ismail
suatu
waktu situasi akan berubah
Pemburu
menganggap dirinya
telah
menjadi buruan yang lunak.
Aku
menggenapkan mimpimu
nyala
api raksasamu padam
kau
musnah dan ruhmu menjadi debu.
Panggillah
aku Ismail
syahid
di medan
api
yang kau ciptakan
tak
akan menyentuh kulit ini.
Kau
ingin kuasai angkasa
dan
mengirim kasihmu.
Kau
muntahkan api dari mulut
dan
menuding langit
lalu wabak
maut di Tanah Gaza
menghukum
penghuninya.
Panggillah
aku Ismail
tanah
suci ini peninggalan leluhur
kau
tak akan mencoplok
sekalipun
seribu satu siasah
Lahar
api
membakar
rongga dadamu.
Panggilah
aku Ismail
Kebiadapanmu
telah mencipta
malam
gelap
gerun
yang panjang
akar
keberanianmu tercabut
sampai
ke tunjang
permainan
licikmu
rimba
mengendur
ketika
gunung menghindar bertemanmu
lautan
dan pulau tak akan
melindungimu
bintang
Daud terbakar menjadi abu.
Panggillah
aku Ismail
La
ilaha illallah Muhammadur Rasulullah
sedikitpun
aku tak berganjak dari tofanmu
Ingat,
Samawi memital-mital rencana
Kebijaksanaanmu
seperti
lalang di pinggir jalan
terjilat
apimu sendiri.
Panggilah
aku Ismail
doa
Kau ajarkan itu
akan
mematahkan tengkuknya.
Telah
datang angin perubahan
membawa
hawa dingin padang pasir
Ketika
siren samawi mengingatkanmu
panah-panah
api yang kau lepaskan
padam
dalam hujan dan angin ribut
kekuatanmu
ada pada tali Allah
keselamatanmu
pada
ruh Ummatan Wahidah.
Panggillah
aku Ismail
bahang
api lahar gunung berapimu
akan
sejuk.
Tanggalkan
jaket kebongkakkanmu
di
situ tak ada keselamatan
Kau
menyemburkan maut
di
Tanah Palestine sekarang
berpulang
kepadamu.
Dalam
senyap dan diam
angin
bertukar arah
api
kemusnahan pulang kepadamu.
Panggillah
aku Ismail
aku
telah siap menyerahkan
tengkuk
leher ini
genapkan
mimpi malam tadi
pengorbanan
tulus.
Aku
telah menyahut panggilan-Mu
Pesan
keamanan telah datang
Masihkah
kau ingin berdusta?
Kebenaran
tak pernah berkongsi
dengan
kebohongan.
Ya
Rabbi, usahlah kata-kata ini
turun
dari amarah angin
sebagai
perosak
Biar
air terjun dari gunung
menyejukkan
dan melepaskan
dahaga
alaf ini.
33. Soal Palestin buat Kesatuan
Negara-negara Arab dan Pemimpin Islam
Apa
sebenarnya yang terjadi
Ketika
Tanah Palestin dizalimi
kau
duduk di meja perundingan
tanpa
aksi dan keputusan
sedang
korban berjatuhan
lalu
menjadi tontonan dan keluhan
sesekali
di depan mimbar dan meja rundingan.
Di
mana salahnya
seperti
tiada yang ambil peduli
yang
peduli hanya kami
orang
kecil dan tak punya kuasa.
Mau
di salahkan siapa?
Masaalah
ini telah masuk
ke
halaman alaf 21.
Telah
berapa kali Presiden
berganti
Telah
berapa kali negaramu hancur
dibangunkan
kembali
dari
tulang-belulang
dan
ruh-ruh yang terkorban
dan
ditampal dengan
propaganda
penuh
kebohongan
dan janji-janji
yang
tak terlaksana.
Kalau
aku yang bersuara
kerana
reaksi dan sukma tersiksa
sekian
lama
Itupun
tak akan mengubah situasi semasa.
Mengapa
kau bimbang
dan
takut pada bayang-bayangmu
Kau
seharusnya memainkan perananmu
menonton
berita keperihan
Palestine
di kaca TV
lalu
marah-marah dan memaki-maki.
Apakah
itu saja yang dapat kita
lakukan.
Aku
tak berkata kau harus menjadi seorang militan
atau
ikut berjihad di Tanah Asing
sepatutnya
ada pintu lain
kita
dapat masuk dan berunding.
Apakah
dirimu kehilangan 'hikmah'
Apakah
pemimpin-pemimpinmu tak melihat
seperti
yang aku lihat.
Barangkali
kau tak mengerti
lalu
aku pula yang dituduh tak tau
menimbang
perkara.
Jatuh
korban telah terlalu banyak
perundingan
telah terlalu lama
Tanah
Palestine, darahmu terus mengalir.
*Tersiar
Di Utusan Borneo 13 Julai 2014
34.
Ibu Palestin
Kamu
masih terus mengasak
seperti
orang termakan dadah sabu.
Anak-anakmu
bergelimpangan
seperti
batu dingin dan tak bergerak
Kekerasan
dan penderaan kamu
tak
akan merubah samawi dan
destinasi
Tanah Palestine.
Langit
sejagat mencium dahimu
yang
mogel
Pulanglah
kau sayang
ke
langit kejora dan pintu samawi
telah
terbuka.
Ummi
tak pernah ingin kau disakiti
dan
kau adalah anak Palestine
yang
lahir untuk perjuangan.
Suamiku,
kau juga dilahirkan
dari
rahim seorang ibu
menggenggam
Tanah Palestine
lalu
berkata padamu
Mereka
tak akan dapat
melumpuhkan
jiwa wiramu
seorang
Palestine dan Muslim.
Kamu
telah merampas langit
dan
menembak bintang-bintang kecil
dan
mengembur tanah pohon zaitun
tempatmu
bermain.
Bangsa
apa itu
membunuh
anak dan kaum ibu
di
siang dan malam majnun.
Kamu
ingin menguburkan Palestin
Tanah
Turun-temurun,
di
sini, Kekasih-Mu pernah bersamamu
Cintamu
tak luntur sampai Kiamat.
Aku
seperti dirimu, Palestine sayang
Kau
tak akan dapat mematahkan
tulang
belakang Palestine
kejantanan
dan impian perjuangan.
Ketika
kamu menyangka telah berhasil
ibu
Palestine terus melahirkan
anak-anak
perjuang dari rahim Palestine
demi
persiapan esok.
Dan
akan berkata, sekarang dan esok
adalah
waktu kami
Generasi
silih berganti
Kerana
perjuangan ini hidup
dalam
mimpi dan impian.
Ketika
waktu yang ditunggu itu tiba
Kamu
tak akan dapat menidakkan
Tanah
Palestine telah merdeka
merdeka,
merdeka,
lepas
dari belenggu serakah Zionis.
*Tersiar
Di Utusan Borneo 3 Julai 2014
35.
Tanah Palestin
Kamu
semakin jalang dan zalim
membongkar
mimpi dan impianmu
kejahatan
tak berbatas dan kau
melupakan
sejarah hitammu.
Di
Tanah Palestine, akarnya menjunam
sampai
ke pusat bumi
Kamu
hanya berhasil
mematahkan
ranting dan dahannya
atau
barangkali pohonnya
tapi
kamu tak akan memusnahkan
akar
tunjang.
Ingat,
kamu tak akan dapat
membunuh
mimpi dan kemerdekaan
Palestine
yang hidup
dalam
sukma
ke
mana saja mereka pergi
tak
akan melupakan
Pohon
Zaitun di Tanah Palestine
kunci
rumah menunggu kepulanganmu.
Samawi
tak akan membiarkan
kejahatanmu
yang di luar batas kemanusiaan
Kamu
telah melupakan
bagaimana
Allah bertindak cepat
dan
tepat menembusi sukmamu
dan
mencabut urat nadimu.
Kamu
tak akan dapat mengakal
kerana
Samawi mempunyai rancangannya sendiri.
Seribu
malam penyesalan tak akan dapat
mengendurkan
laknat yang turun
pada
Kamu, bangsa yang bongkak.
Ketika
mimpi kamu terbakar hanggus
rumahmu
berubah menjadi piung-puing debu
kerongkong
dan dadamu tercekik
dan
tulang belakangmu patah
halaman
sejarah bertukar warna.
Peringatan
samawi
adalah
kebenaran
tak
akan berubah
langit
inferno yang kamu ciptakan
samasekali
tak akan merubah
laluan
takdir
Tanah
Palestine akan merdeka.
*Tersiar
Di Utusan Borneo 13 Julai 2014
36.
Sepasang Kasut Di Penjuru, Gaza
Sepasang
kasut masih di penjuru pintu
"Ma,
aku ingin bermain di luar
aku
telah lama tinggal di dalam rumah
Mengapa
mereka mengambil langit
biru
daripadaku. Dan tanah yang
kupijak."
"Hari
ini, hari sekolah, isnin
aku
ingin ke kelas bertemu
Aisya
dan Muhammad.
Lama
kami tak bertemu
makan
bekalan di bawah
pohon
Zaitun."
"Malam
bulan rembulan penuh
aku
sepi di dalam gelap
aku
ingin keluar menyisip
seperti
kalkatu terbang
ke
rembulan sekalipun
aku
hanggus dalam kejuitaanmu."
"Aku
ingin berjumpa atuk
sekalipun
ada geraji tajam
memisah
antara aku dan mereka.
Aku
rindu, biar kerinduan ini
menjadi
kepak yang akan
membawa
aku dan ma pada atuk."
"Wahai
kawan-kawanku
di
benua mana, dapatkan
kau
mendengar kata-kata
yang
kuucapkan setiap malam
kepadamu.
Ma bilang kata-kata
itu
menjadi suara menerobos
ke
langit cakerawala dan memantul
balik
ke bumi. Ma bilang semua
impian
yang teucap dalam doa
pasti
dijawab. Lalu aku menjadi
anak
Gaza yang berdoa setiap
malam
buat kawan-kawan di
pelosok
benua mana pun.
Hanya
mereka menjawab lambat.
"Tapi
kau, anak ma, usah berhenti
berdoa
tulus. Usah merasa terasing
di
tanahmu sendiri. Bina impian
sekurun,
dan sekurun, dan sekurun
dalam
sukmamu sekalipun kau
diorbit
baru." "Ya, ma." Senyap
dan
dekurnya tenang.
Kota
Kinabalu
11
Disember 2012
37.
Ibu Dan Anak-Anak
Seorang
ibu dan seorang anak
duduk
di atas bukit melihat ke bawah.
Semalam
bunyi guruh yang melampau
kedua
ibu dan anak berkurung di rumah.
Kebun
Zaitun di halaman telah lama terbongkar
sekarang
jadi tanah terbiar.
Siang
itu, kulit dadanya terkoyak
melihat
bumi bagai hamparan kain kafan
sudah
lama warnanya telah bertukar
dari
jasmin putih kepada merah saffron.
Kau
menatapnya, degup jantungmu kencang larinya
siap
menjadi singa menerkam mangsanya
tapi,
keributannya hanya dalam
bilik
tidurnya.
Malam
yang gerun
dari
atas ke bawah
maut
melayang
menepati
sasarannya
ke
bumi. Egonya bukan-kepalang
sampai
ke sukma langit, ia penembak
yang
tepat, tak pernah ke sasar. Dan
punya
medal keberanian. Tapi,
bommu
ke sasar,
ibu
dan anak-anak lagi
menjadi
mangsa.
Lupakah
mereka, sekarang air pasang
tapi,
ada masanya tohor dan berbau.
Lalu,
pasti ada tangan turun memutar destinasi
Kau
yang lama tak menjeruk buah Zaitun
dari
kebunmu sendiri kini turun dan mula lagi.
Kota
Kinabalu
20
November 2012
*38.
Cerita tragis belum selesai
Kau
lihat kepul-kepul asap
dari
bangunan yang runtuh
ini
bukan bunyi guntur
atau
keramaian hujung minggu
dan
perarakan kahwin anak jiran.
Ia ingin
menerangkan
tapi
suara tak keluar, hanya tangan
memberi
isyarat
rongga
dadanya penuh jerebu.
Siapa
menangis di malam buta
tenggelam
ke pusar bumi
semalam
ia sempat mencium pipi isterinya
dan
bayi kecil sebulan
lalu
keluar menghilang dalam lorong
malam
siangnya
dua jiwa itu
diam
dan kaku.
Laut
telah berubah
dari
perut menyembur api
dan
belerang sampai ke halaman
merah
darah warnanya.
Tiap
siang ia melihat
kawanan
burung hinggap di bangunan
menyanyikan
qasidah pagi
Sekarang
senyap, sudah beberapa hari .
Siapakah
menembak rembulan
kini
koyak dan berlubang di tengahnya?
Cerita
tragis belum selesai
cerita
lama di panggung sejarah
danaumu
telah
kering, sekarang musim kemarau.
Tiap
kali sarangmu tergegar
kemanusiaan
pun ikut tergoncang
jerit
dan siksamu
menjadi
gema mengganggu
mimpi
dan tidur. Suara gema itu
bertukar
menjadi gelombang samudera laut
dan
bercantum deru angin menjadi tofan
tiada
keselamatan
kepada
penzalim dan pendera.
Jangan
sekali-kali kau melepaskannya
bawalah
impian tanah leluhurmu
sekalipun
tak seindah musim bunga.
Kota
Kinabalu
20
November 2012
*39.
Malam Penderaan
Kau
meratapi rumah-rumah terbongkar
tanah
terbakar menjadi debu hitam
lalu
meratap kerana kepedihan sekurun
tak
sembuh lalu datang lagi musibah itu.
Kau
bertanya,"Mengapa." dan matamu keliru
harapan
yang menipis dan semua cara dihalalkan.
Pembalasan
dendam telah mengepong
impian
sebuah bangsa.
Sekutu
telah berundur diri
dan
rumahmu dalam gas racun
dan
letusan bom.
Kau
tak pernah melupakan
tanah
leluhur, desa halaman dan
pintu rumah anak kunci itu.
Impian
itu hidup dalam mimpimu
malam
maut
jerebu
racun mencekik leher
dan
menuba paru-parumu.
seperti
sayap-sayapmu patah
Ketika
musuhmu
dan
memukulmu bertubi-tubi, kau bertahan
ratus
tahun.
Serangan
datang dengan dendam kesumat
kau
kehilangan
pertahananmu
terpukul.
Malam
gusar, bintang-bintang menghilang
di
langit dan bulan merekah pudar.
Perang
ini
telah
jauh ke dalam sukma.
Ini
soal maruah dan martabat
kata-katamu
terhimpun dalam
doa-doa
orang-orang yang tertindas.
Di
malam penderaan,
kau
bertahan
kesabaranmu
adalah langit berlapis.
Kau
tak akan dikalahkan.
Kota
Kinabalu
18
November 2012
*40. Pohon Zaitun Di Tanah Palestine
Kunci itu ada
tapi kau sengaja
melupakan jalan pulang.
Di sini pernah
pepohonan zaitun
berbuah banyak.
tanah gembur masih
mengenal tapak kakimu.
Rumah itu legap,
sabar menunggu
tuan yang tak
pulang
rembulan dipaksa
menyepi
dan nongkrong tak rela.
Jangan
biarkan harapan menjadi pasir.
biarkan mimpimu hidup
dan kau bawa ke
mana-mana.
Canberra
17
April 2011
Comments
Post a Comment